Catatan sejarah gempa Wonosobo ini bersumber dari sebuah majalah berbahasa Belanda, Indie, yang terbit pada 7 Januari 1925.
Dikisahkan bahwa rentetan gempa Wonosobo dimulai pada Minggu, tanggal 9 November 1924. Ada lima kali guncangan gempa yang terjadi pada hari itu, tiga kali guncangan gempa di antaranya dirasakan sangat kuat hingga penduduk meninggalkan rumah-rumah mereka. Guncangan gempa pun sementara berhenti.
Namun, selang tiga hari kemudian, tepatnya pada hari Rabu sore tanggal 12 November 1924, kembali terjadi dua kali guncangan gempa kuat yang menimbulkan kerusakan parah pada banyak rumah penduduk. Guncangan gempa yang diikuti tremor beruntun itu dilaporkan berlangsung selama 10 menit, dengan disertai suara gemuruh yang mencekam.
Rentetan guncangan gempa ternyata belum usai. Guncangan gempa kuat kembali terjadi pada hari Minggu, 16 November 1924. Akibat gempa ini, banyak rumah warga yang semula sudah rusak menjadi semakin bertambah rusak.
Gempa kuat ini melanda berbagai wilayah di Wonosobo dan sekitarnya. Banyak kampung mengalami kerusakan sangat parah, seperti di Kali Tiloe, Pagetan, Salam, dan Larang. Di daerah ini juga dilaporkan banyak terjadi longsoran.
Gempa tidak saja merusak kawasan permukiman pedesaan. Banyak bangunan Belanda yang kokoh di Kota Wonosobo juga tak kuat menahan guncangan, hingga akhirnya rubuh ke tanah. Hotel Dieng saat itu juga dilaporkan hancur akibat diguncang gempa.
Tidak banyak yang tahu bahwa pada masa Kolonial Belanda--tepatnya pada tahun 1924--wilayah Kabupaten Wonosobo pernah mengalami luluh lantak akibat guncangan gempa dahsyat. Dampak gempa ini, tercatat lebih dari 1.000 orang warga Wonosobo meninggal dunia dan ribuan rumah mengalami kerusakan.
Ditinjau dari karakteristik guncangannya yang merusak, tampak bahwa gempa ini merupakan jenis gempa tektonik. Gempa ini merupakan tipe yang didahului dengan aktivitas gempa pembuka (foreshocks) sebelum terjadinya gempa utama (mainshock) yang guncangannya paling kuat.
Gempa Wonosobo 1924 hingga kini masih menyimpan misteri. Magnitudo gempa ini belum diketahui dan sumber pembangkit gempanya pun juga belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, jika melihat karakteristik dampak sebaran gempanya yang masih tergolong lokal, dugaan kuat bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif di Wonosobo dan sekitarnya.
Studi identifikasi sesar aktif di Wonosobo tampaknya perlu dilakukan untuk memetakan jalur sesarnya secara detil dan mengkaji risiko yang mungkin terjadi serta manata mitigasinya.
(dikutip dari berbagai sumber)