Strategi keteladanan atau memberikan teladan merupakan salah satu strategi indrawi yang dilakukan oleh KH. Muntaha Al-Hafidz dalam meningkatkan religiusitas masyarakat Kalibeber Wonosobo. Strategi ini dilakukan dengan memberikan contoh kepada masyarakat dengan bentuk keteladanan yang dicontohkan olehnya yaitu sikap tidak mudah putus asa atau selalu optimis terhadap apapun yang terjadi. Segala sesuatu hal yang keluar dari ucapannya selalu mengandung ilmu sehingga setiap perkataan dan perbuatannya memiliki makna yang dapat dijadikan pembelajaran bagi orang lain.
Dalam hal kecil misalnya ketika menghadiri walimahan nikah dengan jarak yang jauh seperti Wonosobo ke kota lainnya, secara lumrah kalau kita sendiri menghadiri kondangan atau walimahan dengan jarak yang jauh tentunya berpikiran nanti istirahatnya di lokasi saja, tetapi keteladanan dari KH. Muntaha Al-Hafidz ketika hadir tidak begitu. Ia di tengah-tengah perjalanan istirahat untuk makan, dan sebagainya baru nantinya sambung melanjutkan perjalanan menuju tempat walimahan tersebut.
Dari hal yang dianggap lumrah tetapi bisa diambil hikmah dan pembelajaran, bahwa terkadang sifat thoma’ untuk bisa menata niat antara hormat menghadiri undangan walimah bukan dengan niat-niat yang lainnya.
Selain itu juga keteladanan KH. Muntaha ketika mendidik santri-santrinya untuk disiplin bangun di tengah malam melaksanakan sholat malam dan ia sendiri yang door to door membangunkan para santri, setelah itu juga mengajak untuk jalan mengitari rumah-rumah di sekitar Kalibeber dini hari, dan tentunya santri yang diajak memiliki kesan dan hikmah dari perilaku yang dilakukan oleh mbah Muntaha.
Keteladanan KH. Muntaha Al-Hafidz lainnya yaitu ia tidak pernah berburuk sangka kepada semua orang. Ia selalu menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan status dan latar belakang. KH. Muntaha Al-Hafidz dikenal oleh masyarakat sebagai pribadi yang tegas, disiplin dan wira’i. ia selalu bersabar dalam berdakwah di masyarakat Kalibeber ini. tidak jarang ada juga yang tidak sependapat atau mis understanding terhadap kiprahnya dalam meningkatkan religiusitas masyarakat Kalibeber.
Mengedepankan tabayun atau menjelaskan dengan lapang dada dan secara detail permasalahan yang ada akan informasi simpang siur adalah salah satu sifat dari mbah Muntaha dalam membersamai dan mengayomi masyarakat sehingga tidak terjadi adu domba perbenturan umat.
Nantinya apa yang dilakukan oleh KH. Muntaha ini dapat menjadi konvensi bagi para kiai di daerah yang hendak survive, bertahan dan eksis mengepakkan sayap pesantrennya, bahwa disamping menguasai ilmu-ilmu keislaman dan juga ilmu umum, yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dituntut pula untuk terampil menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Hal ini terasa menjadi sebuah kebutuhan dan keniscayaan apabila melihat tiga alasan, pertama bagaimana pun juga lingkungan yang telah diciptakan oleh mbah Mun berupa lingkungan pesantren yang banyak berkutat dengan pola kehidupan santri secara intelektual berada pada garis pemikiran yang serba rasional dan bertanggung jawab. Kedua, kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, sehingga bagaimana pun juga bagian positif harus mampu menggunakannya dan memanfaatkan untuk kemaslahatan, diantaranya adalah melalui gagasan-gagasan cerdas yang bisa tertuang dalam tulisan. Kemudian ketiga, mbah Mun adalah sebagai tokoh panutan dan kunci pemegang kebijakan organisasi besar seperti NU yang beranggotakan warga yang banyak pula serta bermacam-macam karakternya. Sehingga terkadang dibutuhkan suatu penjelasan dalam bentuk siaran yang pada gilirannya sebagai manifestasi tanggung jawab pemimpin terhadap umatnya.
Ketiga alasan tersebut rasanya bisa memberikan pemakluman terhadap apa yang akan dihadirkan. Gagasan-gagasan cerdas dari mbah Mun itu merupakan hasil dari perjalanan intelektual dan spiritualitasnya. Tidak hanya itu juga sifat dermawannya juga bisa menjadi refleksi dan teladan dalam berdakwah, ia tidak sekadar menyampaikan dengan omongan belaka tetapi dicontohkan dengan perilaku yang nyata, banyak saksi yang menyaksikan akan hal ini menandakan bahwa mbah Mun adalah sosok yang loman atau dermawan untuk urusan kemaslahatan ummat.
KH. Muntaha telah mewariskan pusaka idealisme untuk dikobarkan, idealisme ini senantiasa dapat diperjuangkan dalam menegakkan titah-titah dari Tuhan. Meskipun mbah Mun telah tiada tetapi fatwa-fatwanya masih melekat dan nyambung dalam koleksi batin memori para santri maupun masyarakat Kalibeber, serta membimbing dan menyertai dalam proses kehidupan.