Muhammad Salira:
Membaca Tarekat Sattariyah MataramSeluruh “piyantun Mataram”
kala itu,menjadikan spirit ini begitu hebat di dalam sanubarinya,sehingga semua
sendi kehidupan itu selalu menjadikan “Muhammad” menjadi punjering
jagad,sehingga piyantun Mataram selalu mengarahkan hidupnya kepada kiblat
Muhammad.
Iman yang teguh selalu menjadi dasar kehidupan membangun
kemasyarakatan Mataram.
Makanya, diberi sandi khusus begini: Mataram: Matarum:
Ngeksigondo: Anggodo Arum:Sekar Jagad: Muhammad.
Nahh ini hakikat Muhammadiyah kan.
Ini adalah simbol khas Sattariyah Mataram, bisa disebut
“Muhammad Salira” dimana yang kebanyakan pada nisan adalah bercorak Bagelen.
Simbol pada nisan-nisan itu bisa disebut sebagai khas
Sattariyah Mataram, yaitu bukan semata Tarekat Syathoriyah Abdullah
As-Syathori, melainkan menyimpan beberapa “setrum batin” atau energi dari
Tarekat Kalijagan yang dikawinkan dengan Tarekat Jenaran dan Tarekat Bonangan.
Karena pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma, tarekat itu
dilebur sesuai dengan wahyu widya atau pengetahuan yang diterima oleh Sultan
Agung sendiri, maka dibakukan menjadi Tarekat Sattariyah Mataram.
Kemudian simbolnya dituangkan menjadi “Ngeksigandan” dimana berupa bunga, yang harus sinandi “Ngganda Arum,maka hal ini lazimnya simbolnya disebut dengan “Muhammad Salira: Ngeksi Gondo