• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Sahadat Patimah: Amalan Ngulama Mataraman untuk Perempuan dan Untuk Cethik Geni

    , 19.25 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Ilustrasi: Makam Mbah Adamsari di Sembungan, salah satu desa tertinggi di Jawa

    Sahadat Patimah: Amalan Ngulama Mataraman untuk Perempuan dan Untuk Cethik Geni*


    Ini gambar saya sedang membaca sebuah manuskrip yang dimiliki oleh keluarga trah Kyai Ngali Suronatan Yogyakarta. Di sana tercantum beberapa doa. Satu di antaranya sebait doa yang disebut ”Sahadat Patimah”. Ada pula yang menyebutnya: ”Sahadat Pertimah”.


    Bunyi "Sahadat Patimah" yang tercantum di manuskrip tersebut adalah sebagai berikut. Saya menyalinnya sebagaimana ia diucapkan:


    ”Asyhadu al lailaha illallah wa asyhadu anna Patimah al-Jahro al-Karim ibn Muhammad pi baiti Mekah wal Madinah”


    Di manuskrip itu tercantum arti penerangan yang juga diucapkan setelah pelafalan "Sahadat Patimah" tersebut. 


    Bunyinya: ”Tegese angeruhi ingsun satuhune ora ana pangeran anging Allah kang sinembah sakbenere lan tegese anyekseni ingsun satuhune dewi patimah jahro kang mulya ingkang putrane Muhammad ing Mekah lan ing Madinah arane negerine”.


    ”Sahadat Patimah”, dalam khazanah Islam Mataraman, akan diberikan kepada anak perempuan yang telah mencapat usia akil-baligh atau telah ”nggarap sari (haidh)”. 

    Salah-satu manfaat ”Sahadat Patimah” bagi anak perempuan adalah agar ia terhindar dari keburukan, diselamatkan dari perkara yang melanggar sara’, mendapatkan rezeki berupa kepatutan untuk menikah dengan lelaki terbaik, dan yang paling penting adalah agar sah imannya sebagai perempuan.


    ”Sahadat Patimah” juga merupakan amalan wajib khusus bagi perempuan sepuh yang telah berhenti nggarap sari (menopause) dan bertugas sebagai pelaksana laku ”cethik geni”.


     Apa itu cethik geni? Cethik geni adalah laku menyalakan atau membuat api pertama kali untuk mengawali penanakan nasi porsi banyak sebanyak perkiraan hadirin di upacara pernikahan. Termasuk pula nasi untuk para panitia dan keluarga.


    Sebelum api dinyalakan, sang perempuan sepuh ini nanti akan membacakan doa-doa, salah-satunya adalah ”Sahadat Patimah”.

     

    Dengan keberkahan persaksian atas keesaan Allah, kerasulan Muhammad, dan kemuliaan Ibu Patimah, hidangan yang dimasak di acara itu ”di-enginering” agar membawa keberkahan untuk semua yang menyantapnya.


    Di sebuah manuskrip lain yang dimiliki oleh keluarga mudin wilayah Wiro, Bayat, ada kalimat yang kurang lebih sama. Bedanya hanya penambahan beberapa versi Sahadat Patimah. 


    Wallahu a'lam

    *M Yaser Arafat 

    Dosen di UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Yang Menarik

    +