Makam Mbah Sholeh Darat di Bergota, Kota Semarang(foto: WonosoboMedia/KhusniMukhamad |
Wonosobo Media - Melanjutkan pembahasan sebelumnya, bahwa pengantar kitab Hidayaturohman ini menjelaskan bahwa: memang banyak ulama, santri yang mengkaji dan mengaji dari kitab karya KH Sholeh Darat Semarang.
Sebab karangan dari KH Sholeh Darat ini telah mencukupi kebutuhan para orang awam yang tidak mengerti bahasa Arab.
Seperti diri kita ini, meskipun diri kita ini awam tapi membutuhkan perihal ilmu tasawuf, maka telah ada karangan dari (red: KH Sholeh Darat Semarang) seperti "Kitab Munjiyat".
Kemudian ketika membutuhkan ilmu fiqh, sudah ada kitab majmu'(Majmu' Syariat), untuk kitab tentang tuntunan sholat dan sebagainya ada fasholatan.
Ketika membutuhkan ilmu tajwid, ada karya kitab "mursyidul-wajir", sedangkan untuk bab haji, sudah ada karya kitab "Manasikul Haji".
Lalu ketika ingin mengetahui cerita kemuliaan dari Kanjeng Nabi Muhammad Saw, sudah ada kitab "Syarah Burdah", dan ada kitab lainnya yang dapat mencukupi kebutuhan orang awam seperti kita ini.
(Pepiling)
Tafsir ini (Hidayaturohman) merupakan karya tafsir KH Sholeh Darat Semarang yang menggunakan isyarat tafsir atau tafsir isyari, dalam tafsir ini menyebutkan tafsir asrari.
Dengan redaksi, "yen durung weruh lan ngerti kelawan asli.."
(Hiya iku tafsir Jalalain) Qola shollaallahu 'alaihi wasallam: man fassaro-lquraana biro'yihi, fal yatabawwa' maq'adahu mina-nnari.
Artinya: Barangsiapa yang memaknai Al-Qur'an dengan menuruti keinginan sendiri dan keinginan hawa nafsunya sendiri, bukan karena Taufiqnya Kanjeng Nabi, atau tidak karena dengan mengikuti ijtihad para Ulama' tafsir.
Kemudian memang belum mengetahui hingga ngawur maka hal ini bisa menyebabkan diri kita ini masuk neraka jahanam.
Maka untuk senantiasa berhati hati, sebab Al Qur'an ketika dibaca tidak sesuai dengan jalurnya saja sudah haram, apalagi ketika membacanya saja sudah kurang jelas dan sembarangan.
Sehingga ketika memaknai dengan menuruti hawa nafsunya atau memang belum tahu dengan apa yang dibacanya itu, maka itu adalah salah tumpuk(red: salah yang fatal).
Pertama, salahnya ketika membaca, kedua yaitu salahnya memaknai. Apalagi Al-Qur'an sendiri yaitu Kalamullah, maka sebagai orang mukmin untuk selalu berhati-hati ketika membacanya.
Wallahu a'lam bisshowab.
*Catatan redaksi, dalam pengantar ini dari redaksi sebisa mungkin mentransip tafsir ini dengan kadar kuasa berharap setapak demi setapak ingin mengkaji dan menggali keilmuan AlQuran dengan karya KH Sholeh Darat Semarang.