• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Tradisi Kungkum di Umbul Boyolali, Bagian Ngalap Berkah dan Refleksi Diri

    , 17.15 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Suasana Umbul Pengging di Boyolali yang kerap dijadikan tempat kungkum di malam tertentu.

    Wonosobo Media - Setiap malam Jumat Pahing, berada di kawasan Umbul Sungsang dan Umbul Pengging Tirto Marto di Kabupaten Boyolali ramai dikunjungi.



    Pengunjung di Umbul Sungsang dan Umbul Pengging Tirto Marto ini untuk mengikuti ritual kungkum atau merendam diri di umbul tersebut.


    Tradisi kungkum atau ritual ini sudah mulai dilakukan sejak abad ke-19 dan dipercaya dapat membawa berkah.


    Selain itu sebagai muhasabah diri atau refleksi diri serta ungkapan rasa syukur untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.


    Meskipun tradisi ini nampak wingit, namun bagi sebagian besar pengunjung, kungkum merupakan bentuk dari pengabdian tahapan spiritual.


    Bahkan diketahui, sebagian besar yang datang untuk kungkum percaya bahwa setelah melakukannya tujuh kali, permintaan mereka akan dikabulkan.


    Peserta ritual ini umumnya adalah orang-orang tua, baik pria maupun wanita, dari berbagai kalangan seperti pejabat, pedagang, dan pegawai.


     Namun, tidak jarang juga terlihat anak muda yang ikut berpartisipasi dalam prosesi kungkum di umbul tersebut.


    Setiap orang yang mengikuti ritual kungkum memiliki tujuan berbeda, mulai dari mencari ketenangan batin hingga memohon kesuksesan dalam hidup.


    Ritual dimulai sekitar pukul 22.00 WIB dan berlangsung hingga tengah malam. 


    Para pengunjung yang merendamkan diri di dalam umbul tanpa mengenakan pakaian sebagai simbol ketulusan dalam menjalani proses ini.


    Selain itu juga bagian dari proses mengolah hati dan diri, seperti rasa dingin di dalam umbul, nantinya tumbuh bisa menyesuaikan diri.


    Sebagaimana halnya dalam perjalanan hidup, tentu ada masalah atau jalan yang terjal, sebisa mungkin bisa menjalaninya.


    Bahkan jika mengambil filsafat dari semedinya atau tapa dari Sunan Kalijaga, tentang istilah ngeli ning ora keli".


    Jadi kita ini sebisa mungkin untuk menyesuaikan dengan situasi meskipun nampak ngeli atau terhanyut namun sebenarnya tidak hanyut, sebab memiliki prinsip dan jalan tersendiri.


    Meskipun sebagian besar peserta berasal dari luar Kabupaten Boyolali, penduduk setempat juga masih mempercayai kekuatan ritual kungkum di umbul ini.


    Waktu berkembang dan perkembangan zaman semakin modern, tradisi kungkum tetap lestari sebab banyak yang merasakan manfaatnya.


    Banyak yang merasa lebih tenang setelah melakukannya. Masyarakat pun percaya bahwa leluhur kita di sini ikut menjaga tempat ini dan memberi perantara berkah.***


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Yang Menarik

    +