Makam Mbah Muntaha Awal di Karangsari, Kalibeber Mojotengah Wonosobo. |
Wonosobo Media - Kampung pasarean Karangsari yaitu salah satu sarean atau makam yang berada di kampung Ngebrak (sekarang Sarimulyo), Kalibeber, Mojotengah,Wonosobo.
Lokasinya yang dekat dengan kampus utama Universitas Sains Al Qur'an (Unsiq)
Kampung pasarean di Karangsari ini terdiri atas makam induk, hingga makam pengembangan.
Berada di makam induk di Karangsari ini disemayamkan almaghfurlah Mbah Muntaha Ula (Awal) sekalian kakek buyut almaghfurlah Mbah Muntaha Al-Hafidz.
Selain makam dari Mbah Muntaha Awal, juga terdapat makam putranya, yaitu Mbah Abdurrohim sekalian, atau bisa disebut kakek dari Mbah Mun.
Sedangkan pada makam pengembangan ini terdapat makam kerabat Mbah Mun, juga masyarakat umum.
Namun, berada di dalam makam pengembangan, dikebumikan juga, salah satu putra Mbah Mun penerus sebagai pengasuh PPTQ Al-Asy'ariyyah Kalibeber, yaitu, Abah Faqih (KH. Ahmad Faqih Muntaha).
Tepat di atas sekitar makam Abah Faqih juga bersemayam "guru privat" Mbah Mun yaitu Kiai Chozin Choms.
Mbah Muntaha Awal diglundungi watu
Terdapat kisah perjalanan dakwah dari Mbah Muntaha Awal, kakek Mbah Muntaha Alhafidz pernah diglundungi (dilempari) watu atau batu.
Diketahui dari catatan dan kisah di Kalibeber, terdapat cerita tentang perjalanan Mbah Muntaha Ula atau Awal ini ketika menyelenggagarakan pendidikan agama (Islam).
Padepokan untuk mengaji Al-Qur'an serta kajian keilmuan lainnya dengan membangun padepokan di Kalibeber.
Padepokan tersebut juga sekaligus sebagai masjid yang kala itu masih berada di Karangsari, Ngebrak (sekarang Sarimulyo), Kalibeber, Mojotengah Wonosobo.
Saat itu, Ngebrak (sekarang Sarimulyo) masih berupa alas (persawahan), dan belum berpenghuni.
Sedangkan letak Karangsari di bawah jalan utama yang masih sepi, dan belum banyak pemukiman seperti dibayangkan sekarang ini.
Dikisahkan oleh seorang yang dekat dengan Mbah Muntaha Al-Hafidz,yang kini berusia 80-an tahun.
"Pas Mbah Muntaha Awal ngaji bareng santri, mesjide diglundungi watu seka dalan. Glundung...glundung...brak..watu segede dandang ngebruki masjid. Kaya mengkono ora mung sepisan.
(Ketika Mbah Muntaha Awal sedang mengaji bersama santri, pernah suatu ketika masjidnya dilempari batu dari jalan.
Batu sebesar dandang menggelinding nabrak masjid, dan hal itu tidak hanya satu kali saja.)
"Ana kedaden, watu wis diglundungake tapi ora nggigali mesjid. Tekan tengah-tengah,watune mbalik,ngoyak uwong sing ngglundungi."
(Terdapat kejadian, ketika batu yang digelindingkan itu tidak sampai di masjid, sampai separuh jalan, batunya malahan balik mengejar pelakunya).
Tutur dari kerabat dekat Mbah Muntaha Al-Hafidz menambahkan.
Sejak itu, peristiwa serupa tak pernah lagi terjadi. Masjid sekaligus padepokan itu, dipindah ke Kalibeber.
Karena selain sudah waktunya juga memang pada saat itu juga padepokan tersebut terkena banjir sungai.
Tentunya terdapat kisah lain yang belum ditulis kembali, seperti perpindahan padepokan atau masjid, hingga tokoh yang menjadi guru dari Mbah Muntaha Awal ini masih ada keterkaitan yang menarik untuk digali.
Wallahu a'lam bisshowab.