Menyibak Kabut Pekasiran, Batur, Banjarnegara Jagongan Asyik Bahas Makam, Hingga Biologi |
Wonosobo Media - Malam kemarin, selepas waktu Maghrib menemani sebuah perjumpaan agung melepas rindu antara dua sedulur yang sudah beberapa waktu tidak bertemu.
Dengan memulai perjalanan mendaki lembah Dieng, menyibak kabut yang menyertai "suluk" perjalanan malam itu, pandangan terbatas dengan pelan menapaki jalanan menuju tujuan.
Kebetulan kawan yang akan dijumpai ini sedang berada di daerah Pekasiran, Batur, Banjarnegara, diundang mengisi acara pengajian umum oleh MWC setempat.
Diketahui pula, daerah Kepakisan - Pekasiran ini memang letaknya tidak jauh dari desa yang legendaris dengan sebutan "Legetang" ini.
Singkat cerita, selepas sampai di lokasi transit ini, memulai obrolan singkat dengan bertanya kabar dan aktivitas sehari-hari.
Hingga muncul pertanyaan dari sang sahibul bait, tuan rumah bertanya tentang keris, batu akik, tradisi cukur gimbal, hingga wisata jalatunda yang ada di Dieng.
Kawan yang juga menjadi pengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini merespon pertanyaan tadi dengan perumpamaan yang mudah dipahami.
Misalnya seperti, terkait dengan slametan ngumbah keris hingga motor sebenarnya sama saja.
Kita terkadang gagal memahami ketika kita mencuci mobil dengan sepenuh hati, digaungkan tidak menjadi masalah, sedangkan ketika kita mencuci keris malahan dianggap klenik, kafir dan sebagainya.
Lanjut Mas Yai asal Yogyakarta ini, menceritakan misal di daerah Klaten sekitar terdapat slametan bareng dengan menyesuaikan wetonnya.
Misalnya mengawali dengan slametan lengkap ubo rampe di hari pertama hali syukuran barang yang disyukuri, hingga berlanjut di setiap wetonnya, baik slametan kelas makan besar atau sekadar jajan pasar.
Tapi pada akhirnya intinya, di setiap weton dari barang yang akan disyukuri dan dislameti ini adalah bagian ungkapan syukur dan diharapkan kaberkahannya.
Selain bercerita serius, agak serius hingga guyonan memecah keseriusan apalagi suhu di Daerah Dieng yang dingin, obrolan kami ini diselingi jokes-jokes khusus, terutama jokes khas Bapack-Bapack.
Sembari ngeteh ringan menyelingi obrolan ini, update informasi terkait ekspolorasi makam di daerah Dieng sekitar. Dari sudut pandang ilmu arkeologi, antropologi hingga biologi. (Ngerii) Wkw.
Sesekali juga celetuk jalur langit yang membumi atau sebaliknya celetukan khas bumi yang melangit.
Mengingat perjalanan sepi-ritual menjelajahi kuburan ke kuburan, makam ke makam, candi, hingga punden, dari tahun-tahun sebelumnya.
Hingga muncul obrolan serius yang bisa ditangkap salah satu poin yaitu terkait dengan pengolahan diri.
Meski agak lucu, ambigu, atau bisa dibilang narasinya itu-itu saja, namun memang begini kahanan realitanya.
Kita mau update informasi yang sedemikian rupa yang ndakik-ndakik melangit, namun terkadang terbentur oleh sesuatu dan hal yang kurang tepat.
Sehingga bagi diri ini, mengambil poin kecil yang bisa dijadikan jimat yaitu, pengolahan diri, cinta kepada ilmu pengetahuan, serta bisa ngegas ngerem akan nafsu.
Ketika kita berlebihan, belum bisa nge-gas ngerem, meskipun dalam ranah sedang ngangsu ilmu, atau cinta akan ilmu pengetahuan, lalu kita sedang fokus, padahal anak disamping merengek meminta tolong mainan katakanlah.
Sedangkan diri kita ini fokus, dan malah 'ndukani' ngomel kepada anak kita, nah disitulah terkadang diri ini merasa kurang tepat, maka sebisa mungkin menempatkan pada momentum yang pas.
Kemudian untuk lebih spesifik dalam ranah tokoh ngulama terdahulu yang telah membuka desa, babat alas sepertinya lebih enak berfokus mengingat tokoh di sekitar kita ini.
Mengistiqomahkan, konsisten menjaga entak laku secara ibadah, spritual hingga ketika sesrawungan dalam bermasyarakat.
Salah satu caranya, senantiasa mengirim doa-tawassulan dengan sosok yang babat suatu wilayah.
Sehingga bukan pada fokus tokoh yang ketiban sampur di waktu sekarang populer dengan gebyarnya saja, gemerlap yang terkadang malah fokusnya hanya pada kepentingan sesaat.
Entah mencari ummat kepetingan dirinya, atau malah untuk meraup keramaian yang sifatnya dijual 5 tahunan.
Sebenarnya perjumpaan tersebut banyak cerita dan hal baru yang tidak sepenuhnya bisa dicatat dalam tulisan kali ini.
Karena saking asyik dan gembira dalam obrolan malam itu, serta memang belum waktunya untuk dibuka. La kapan waktunya? Sek to! Wkw.