Ilustrasi mendung menyertai rubrik Nggarungan. |
Wonosobo Media - Dalam perjalanan mencari informasi terkait dengan rubrik Nggarungan, bersyukur menemukan pendaran-pendaran bisa dikatakan pengetahuan yang tidak disangka.
Selain sebuah pengetahuan, juga kita bisa membaca gaya teatrikal misalnya. Nah hal inilah yang bisa digali lebih.
Entah bagian dari validasi seseorang misalnya, atau memang nyata itu sebuah percikan ketika "Wening" ketika bermeditasi mencari keheningan.
Satu sisi ketika kita memang fokus dan gemar dalam hal tersebut, tentunya kita akan percaya saja.
Bahasa "nggaya" kita kadung terkena bias konfirmasi, lebih parah lagi jika kita masuk Ostrich Bias, mudahnya sudah tertutupi hal mana yang benar dan salah.
Bukan berarti ketika kita masuk club atau kelompok tertentu sudah bisa dikatakan termasuk golongannya.
Sebab posisi kita sebenarnya adalah sebagai 'peneliti' atau sedang mencari, dan menyelami fenomena yang ada di sekitar kita.
Seperti Kuliah Kerja Nyata yang belajar 40 hari misalnya, entah tentang sosial, budaya, agama dan ekonomi di sekitar tempat yang dijadikan KKN tersebut, nah posisinya adalah: sinau, belajar, atau ta'lim wa ta'alum.
Nah, kemarin mendapat sebuah pendaran kata kunci yang menarik yaitu tentang "Tazkiyatun Nafs"
Ketika mendengar keyword tersebut satu sisi memang bikin tercengang, seperti ungkapan diri "weleh ngeri men".
Namun itu sebuah realita yang jarang diri kita cermati dengan detail, penyucian diri dari sebuah perilaku maksiat misalnya.
Atau penyucian diri untuk menjaga "Sapto Renggo" atau 9 lubang dalam diri ini. Baik ketika menjaga lisan, mendengarkan hal yang baik dan seterusnya.