• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    news google

    Iklan

    Sorogan di Makam Mbah Sholeh Darat Semarang

    , 21.51 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia
    Makam KH Sholeh Darat Semarang
    Membaca Tafsir Hidayaturohman di Makam Mbah Sholeh Darat Semarang, Bergota Semarang.


    Wonosobo Media -  Malam lalu (27/11) melipir sebentar suluk kembali di kampung pasarean Bergota. Sowan berziarah di makam Mbah Sholeh Darat Semarang.


    Suasana malam itu nampak sepi, hanya kami berdua saja, dengan satu penjaga di area makam Bergota Semarang.


    Cahaya di cungkup Mbah Sholeh Darat nampak terang, sunyi sepi sekadar samar suara hewan jangkrik terdengar.


    Kami duduk bersimpuh, uluk salam melanjutkan doa-doa hingga salah seorang teman membaca sebuah biografi Quthbul Robani, "Lujainu Dani".


    Sedangkan saya sok-sokan membawa kitab tafsir  KH Sholeh Darat "Hidayaturohman" dengan niatan dan harapan sorogan di makam penulisnya.


    Selepas tawasulan, saya membaca dari pengantar hingga masuk di Surat Al Fatihah.


    Salah satu nukilan yang menarik terkait dengan petunjuk atau makna dari (Arrahmani) yaitu dzat yang memiliki sifat Jamal dan Kamal.


     Sedangkan untuk makna dari (Arrahiimi), maka bismillah ini sendiri menjadi 4 martabat.


    4 martabat itu adalah isyarat atau petunjuk kepada martabat ( Uluhiyyah, rouhaniyyah, jismaniyyah, dan hayawaniyyah).


    Perihal 4 martabat ini belum diwedar dengan detail secara langsung dalam tafsir tersebut, saya malahan menarik dengan nukilan dzat sifat Jamal dan kamal, seperti dituangkan menjadi syiir pada Sholawat Emprak.


    Hingga pada saya melihat Mbah Sholeh darat menekankan sisi kemanusiaan relasi antara manusia, masyarat hingga antar bangsa. 


    Sisi kemanusiaan menjadi basis cinta kasih kepada setiap umat alam seisinya.


     Patut diketahui membaca tafsir Mbah Sholeh Darat ini bagian uluk salam serta bagian dari nggebuki ati diri sendiri.


    Membaca kitab tersebut bagian dari membacanya untuk diri sendiri, menuliskan, mencatat dan mereview dengan mencari output yang lebih baik, dengan lambaran sebagai tadabbur sehingga tidak ngoyo.


    Tidak terasa kisaran satu jam lebih kami berada di pusara Makam Mbah Sholeh Darat, setelah dirasa cukup akhirnya memutuskan untuk kembali ke Ngaliyan.


    Umbul doa dan harapan, memohon 'izin' di makam Mbah Sholeh Darat ini menjadi bagian dari uluk salam ketika akan membaca karya beliau.


    Ketika ingin menyebarkan untuk membaca arah zaman, semoga menjadi manfaat, berkah sumrambah.***



    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Yang Menarik

    +