• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    news google

    Iklan

    Sepak Terjang Mbah Muntaha Al-Hafidz dalam Dunia Politik

    , 22.11 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

    Mbah Muntaha Al-Hafidz bersama santri sedang Napak tilas perjalanan menuju ke Kaliwungu Kendal.

     
    Wonosobo Media - Sepak terjang dalam bidang politik, KH. Muntaha Alhafidz telah memberikan pengaruh besar baik langsung maupun tidak langsung.


    Sebagaimana ungkapanya “kalau di politik tidak ada ulama, ya bisa jomplang akibatnya”. 



    Jadi peran kiai di politik semata-mata hanya untuk memperjuangkan rakyat dan menegakkan nilai-nilai ajaran Islam di sana dan hal inilah yang melatar belakangi Mun terjun dalam bidang politik.


    Selain itu ia bisa merangkul semua kalangan, bahkan dari mantan atau eks DI TII terutama di daerah Wonosobo bagian Selatan perbatasan dengan Kabupaten Kebumen.


    Pada hal lain, sewaktu NU melalui muktamar di Palembang memutuskan untuk keluar dari Masyumi dan berdiri sebagai partai politik sendiri, sebagai akibat dari tindakan para politisi Masyumi yang berasal dari kalangan non pesantren terlalu meremehkan peran politisi dari pesantren.


     Ia pun terlihat aktif dalam memperjuangkan NU untuk berkiprah di masyarakat bahkan sempat ditunjuk menjadi anggota Konstituante mewakili NU Jawa Tengah sampai dibubarkannya majelis itu pada tanggal 5 Juli 1959.


    Kondisi itu terus berlangsung hingga tahun 1972 saat pemerintah orde baru menetapkan bahwa partai Islam harus berfusi dalam satu wadah partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 


    Sebagai konsekuensi dari sikap Nahdlatul Ulama yang harus mengikuti peraturan pemerintah walaupun secara politik sangat merugikan NU, Mbah Mun pun ikut terlibat aktif dalam Partai Persatuan Pembangunan.


     Kondisi itu berlangsung hingga dicanangkannya kembali ke Khittoh 1926.


    Setelah sekian tahun bergulat dalam tandusnya lahan politik praktis, Mbah Mun kembali melirik kondisi pesantrennya yang terlihat belum begitu tampak kemajuannya. 


    Kemudian Ia memilih untuk berpolitik secara substansial yaitu menggunakan jalur politik dengan tujuan membawa kemaslahatan umat yang lebih banyak. 


    Dari perubahan sikapnya itu kemudian Ia menata pesantrennya dengan membenahi pola pengajarannya. Bersambung.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +