![]() |
Dakwah Mbah Muntaha Al-Hafidz |
Wonosobo Media - SMP dan SMA Takhasus Al-Qur'an sendiri didirikan pada tahun 1989. Pendirian SMA secara resmi tertuang dalam surat keputusan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Kabupaten Wonosobo No. 2412/103.07.B/R/89.
Dalam surat keputusan tersebut diatur tentang perizinan pendirian SMA Al-Asy'ariyah yang merupakan nama awal SMA Takhassus Al-Qur'an.
Dalam kelembagaannya, SMP dan SMA Takhasus Al-Qur'an berada di bawah payung Yayasan Al-Asy'ariyah.
Pada pelaksanaan pembelajarannya, kedua sekolah menerapkan kurikulum nasional dan ketakhassusan yang disusun oleh Yayasan Al-Asy'ariyah sendiri.
Penerapan kurikulum ketakhassusan menjadi ciri khas tersendiri yang menggambarkan pemikiran KH. Muntaha Al-Hafidz, terhadap konsep pendidikan Islam modern yang berbasis Al-Qur'an.
Berdasarkan buku rapot SMP Takhasus tahun 1996 kurikulum ketakhassusan terdiridari mata pelajaran Al-Qur'an atau hadits, tauhid, akhlaq, ilmu fiqih, aswaja, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, qiroah, dan nahwu shorof.
Sebagaimana dikisahkan oleh salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, KH. Abdurrahman Asy'ari, Dahulu kegiatan pembelajaran memulai dengan baca kita kuning dan BTQ maupun hafalan.
Lanjut mulai berkembang pesat Kalibeber itu kan setelah ada Mts, MA itu mbah Mun yang membuat sebelum nantinya berubah menjadi Mts Negeri Kalibeber dan MA Negeri Kalibeber yang berada di Krasak Mojotengah.
"Setelah mulai ramai terus bertambah IIQ dan tahun 87- 89 juga mendirikan SMP dan SMA Takhassus Al- qur'an dan mulai ramai tekan saiki (sampai sekarang ini).”
Pada salah satu hal lain yang masih jarang diketahui bahwa KH. Muntaha Al-Hafidz memiliki karya atau tulisan risalah tentang gagasan dalam bentuk tulisan yang ia sendiri turut memberikan sumbangsih pemikiran hanya saja belum banyak dipublikasikan.
Padahal sebagai seorang kiai yang multidimensi, termasuk kepiawaiannya berbicara sebagai orator di banyak jamaah mampu menyihir pendengar ke arah isi pidatonya dengan disertai imu balaghohnya.
Sehingga disenangi pendengarnya, serta jabatan yang ia sandang baik formal maupun non formal.
Selain itu juga banyak tulisannya yang menunjukkan kepiawaiannya dalam menuangkan gagasan atau sekadar pesan kepada umat, atau terkadang ia menyuruh seorang untuk menyusun sesuai dengan yang dikehendakinya.
Atau terkadang ia merestui suatu gagasan yang telah tersusun dalam bentuk buku, sebagai penghormatan karya dari penulisnya serta sebagai dorongan untuk terus produktif berkarya.
Dalam dakwah lainnya KH. Muntaha juga berjuang memanggul senjata dengan bergabung sebagai pasukan Hizbullah dan memimpin Barisan Muslimin Temanggung (BMT) sebuah laskar kerakyatan yang turut berjuang membela kemerdekaan.
Ideologi jihad memainkan peran yang sangat penting dalam gerakan anti kolonial. Ideologi ini telah mendorong para pejuang Islam yang sebagian besar para pejuang itu adalah santri dan kiai dari pesantren.
KH. Muntaha al-Hafidz dalam aktivitas perjuangan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di daerah Temanggung.***