• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    news google

    Iklan

    Buntu Wonosobo, Desa di Lereng Sindoro yang Sudah Lulus Toleransi

    , 18.34 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Vihara di Desa Buntu.
    Vihara di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, desa ini terkenal akan toleransi yang sudah tidak perlu ditanyakan lagi.



    Wonosobo Media - Berada lereng Gunung Sindoro, ada satu desa yang kalau soal toleransi, sudah level Grandmaster atau suhunya suhu.


    Namanya Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. 


    Jangan tertipu sama namanya—desa ini justru punya jalan yang terbuka lebar dalam urusan keberagaman.


    Bayangkan satu desa dengan empat agama berbeda: Islam, Katolik, Kristen Protestan, dan Buddha. 


    Bukan cuma sekadar tinggal berdampingan, tapi mereka juga hidup guyub rukun, seperti miniatur Indonesia yang ideal.
     

    Kalau di luar sana masih ada orang yang ribut soal perbedaan, di Desa Buntu mereka justru sudah selesai dengan perdebatan itu.

    Toleransi yang Sejuk, Bukan Cuma Udara Pegunungan



    Selain punya udara yang bikin paru-paru berasa dimanja, Desa Buntu juga punya atmosfer toleransi yang adem ayem. 


    Terdapat di sini, masjid, gereja, dan vihara berdiri berdampingan—dan nggak ada tuh cerita persaingan volume pengeras suara.


    Semuanya merasa aman dan nyaman, saling menghargai satu sama lainnya.


    Ketika Ramadan tiba, warga non-Muslim ikhlas jadi panitia ketertiban buat yang sedang tarawih. 


    Pas Natal atau Waisak? Pemuda muslim di desa ini sigap mengamankan jalannya ibadah.


    Nggak pakai ribut, nggak pakai debat, semuanya berjalan natural dan organik.


    Keluarga Beda Agama? Biasa Aja!


    Terdapat di Desa Buntu, perbedaan agama bukan sekadar antar tetangga, tapi juga di dalam satu keluarga. 


    Misalnya, ada bapak yang beragama Buddha, anaknya Islam, dan semuanya baik-baik saja. Nggak ada cerita debat kusir tiap makan malam.


    Kalau lagi kumpul desa, yang dibahas bukan "Kamu ibadah di mana?" tapi lebih ke "Gimana sawahmu? Hasil panennya oke nggak?" 

    Agama urusan masing-masing, yang penting tetap saling bantu kalau ada yang kena musibah.


    Sudah Terbukti, Nggak Pakai Gimmick


    Kerukunan di Desa Buntu ini bukan pencitraan. Mereka nggak butuh jargon-jargon persatuan karena sudah mempraktikkan itu sejak lama.


    Toleransi mereka bukan sekadar "dianggap ada" atau "sekadar wacana", tapi memang benar-benar terjadi dalam keseharian.


    Jadi, kalau ada yang bilang Indonesia makin sulit dalam urusan keberagaman, mungkin dia belum pernah main ke Desa Buntu.


    Sebuah desa kecil di lereng Sindoro, tapi punya hati dan pikiran yang luas.***

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +