• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    news google

    Iklan

    Belajar Puasa Digital ala KH. Sholeh Darat: Nahan Jempol, Nafsu Scroll, dan Drama Timeline

    , 22.26 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Makam KH Sholeh Darat Semarang.
    Ilustrasi berada di makam KH Sholeh Darat di kampung pasarean Bergota Kota Semarang, sunyi sepi ketika malam hari.


    Wonosobo Media - Nama KH. Sholeh Darat mungkin tidak setenar ulama TikTok masa kini.


    Tetapi jika bicara pengaruh dan warisan intelektual, beliau bisa masuk dalam kategori kelas berat.


    Sesepuh Ulama Nusantara ini bukan cuma guru dari dua pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia—KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari atau populer dengan guru RA Kartini.


    Tetapi salah satu peran dari KH Sholeh Darat ini juga turut berjuang melawan penjajahan dengan tinta.


    Salah satu karya monumentalnya adalah tafsir Faidhur Rahman, yang ditulis dengan bahasa Jawa dalam aksara Arab Pegon.


     Tafsir ini menjadi bukti bahwa KH. Sholeh Darat sadar betul: kalau masyarakat awam gak paham bahasa Arab, ya gimana bisa menyelami makna Al-Qur’an? 


    Maka, dibuatlah tafsir ini supaya orang awam seperti kita ini juga bisa melek makna.


    Menariknya, dalam tafsir ini, KH. Sholeh Darat tak cuma mengandalkan penafsiran literal. 


    Beliau kerap mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan makna isyari alias tafsir batin yang lebih dalam. 


    Salah satu tema yang beliau angkat secara istimewa yaitu perihal puasa. 


    Tapi, bisa kita gali dan lihat puasa ini dengan kacamata masa kini, apalagi pada era digital yang serba cepat, serba nyinyir, dan serba update.


    Berbekal pendekatan pemikiran Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, tafsir KH. Shaleh Darat memberikan sudut pandang unik soal puasa.


     KH Sholeh Darat ketika memandang perihal puasa ini terdapat kategori beberapa “jenis puasa” yang bisa sekali diaplikasikan di era medsos dan konten viral ini:


    Saumu Lisan


    Pertama ada Saumu Lisan, nukan cuma nahan ngomong kasar di dunia nyata. 


    Tapi juga nahan jempol dari komentar pedas, nyinyir, atau nyebarin hoaks di Twitter, Instagram, atau WA grup keluarga.


    Saumu ‘Ain


    Selanjutnya yaitu ada Saumu 'Ain, yaitu dengan menjaga mata dari konten receh nggak mendidik, atau yang lebih bahaya: konten menyesatkan yang bisa bikin kepala pusing tujuh keliling.


    Saumu Sami’


    Kemudian Saumu Sami', yaitu dengan menyaring informasi. Dengerin podcast atau berita? Crosscheck dulu, jangan asal telan. Kuping juga puasa, loh. Yakali wkw.


    Saumu Nafs


    Nafsu scroll TikTok sampai subuh, FOMO tiap ada challenge baru, dan lapar views—nah, ini harus dikendalikan. Itulah puasa nafsu di dunia maya.


    Tapi emang berat juga si, bagi kelas kita puasa menahan itu memang masih terasa mudah di angan angan saja.


    Saumu Qalb


    Menjaga hati tetap cinta Allah dan Rasul-Nya. Meskipun timeline isinya drama politik atau gosip artis, hati tetap lurus, tetap waras.


    Saumu Ruh


    Menjaga nilai-nilai Islam dalam berinternet: jujur, santun, meskipun kelas puasa ini masih berat juga. 

    Namun untuk tahapan ini sekadar informasi dahulu bukan sebuah masalah.


    Saumu Sirr


    Ini yang paling halus: meletakkan tauhid sebagai pondasi bersikap di era digital. 


    Bahwa semua perbuatan—baik di dunia nyata atau maya—ada pertanggungjawabannya.


    KH. Sholeh Darat mungkin nggak pernah megang smartphone atau install aplikasi sosial media. 


    Namun melalui tafsir dan pendekatan sufistiknya, beliau sudah lebih dulu memberi arah: bagaimana menjadi muslim yang bijak, bahkan di zaman digital sekalipun.


    Maka, mari kita puasa bukan cuma dari lapar dan haus. Tapi juga dari hal-hal yang bikin hati panas dan kepala kosong. 


    Sebab esensi puasa, kata KH. Shaleh Darat, adalah perbaikan diri. Kemudian perihal puasa dan perbaikan diri itu, berlaku sepanjang zaman. Wallahu alam bisshowab.***

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +